Senin, 21 November 2011

Membongkar Momok Menakutkan Screening


Oleh : Agnes Rahadian Novick V. (C1A008002)*
“... Ayo kawan bergabunglah dengan organisasi kampus kami, ini penting lho untuk menunjang kuliah atau sesuai dengan bakat kalian ...”

Sebagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa dan Himpunan Mahasiswa yang selanjutnya disebut UKM dan HIMA pasti setidaknya pernah menyuarakan keseluruhan atau pun sebagian dari penggalan tulisan di atas. Lalu bagaimana reaksi mahasiswa atas pernyataan-pernyataan yang sejenis demikian, mungkin reaksinya berbeda karena setiap mahasiswa juga memiliki tujuan yang berbeda-beda, entah apa pastinya yang jelas mereka akan cenderung tertarik kepada UKM/HIMA tertentu karena benefit yang diberikan UKM/HIMA yang ada. Dimulai dengan proses malam keakraban atau kegiatan lain sebagai tahap awal dari bergabungnya mahasiswa di suatu organisasi UKM/HIMA, kemudian kegiatan yang bersifat memfasilitasi mahasiswa pun akan berjalan, bukan hanya itu setiap organisasi juga menginginkan setiap anggotanya berkembang menjadi lebih baik sehingga mereka juga memformulsikan beberapa bentuk kegiatan dimana mahasiswa dapat berproses didalamnya.
Kalau boleh dibilang positif, kegiatan-kegiatan tersebut pastilah bersifat positif karena inilah wahana yang dapat menselaraskan hardskill dan softskill yang dimiliki mahasiswa. Tujuan mulia ini pasti dimiliki setiap organisasi kampus dengan alasan konon kita tidak akan mendapatkan pelajaran yang menarik di perkuliahan mengenai nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya karena selalu terbatasi ruang-ruang kelas, Namun lagi-lagi tujuan mulia ini pasti akan menuai reaksi yang berbeda-beda dari setiap mahasiswa sehingga tidak seluruhnya akan bergabung dalam proses yang telah diformulasi oleh organisatoris kampus yang biasanya berbentuk suatu kepanitiaan. Reaksinya? Ada yang mengangap hal itu perlu, ada yang menganggap hal itu tidak perlu dan ada pula yang menganggap hal itu perlu namun ragu. Lantas bagaimana bagi mereka yang ragu, kiranya apa penyebabnya? Dari survei ringkas yang dilakukan ada 4 orang dari 10 orang sampel mahasiswa IESP FE UNSOED dari angkatan 2008, 2009, 2010, 2011 mengatakan mereka ragu karena mereka tak mau mencoba sistem screening yang menurut mereka menakutkan, dijelaskan kembali mengenai jenis takut yang mereka utarakan adalah takut karena screening terlalu serius dan agak menyudutkan orang yang bersangkutan dan takut karena mereka belum punya pengalaman sama sekali dalam berorganisasi.

Sekali lagi kembali kita ingat bahwa apa tujuan mahasiswa berorganisasi, ya.. untuk menselaraskan hardskill dan softskill karena ada hal lain yang sebagai jenis ras manusia kita harus mencari secara mandiri yakni hal yang berbicara tentang kemampuan genotip yang tidak bisa terlalu berkembang karena hanya dibatasi oleh dinding-dinding kelas perkuliahan. Lantas dimana gunanya rasa takut dan ragu untuk dipelihara. Sesungguhnya screening adalah langkah awal yang digunakan oleh para organisator untuk menempatkan mahasiswa yang ingin bergabung dalam suatu proses yang telah diformulasikan sebelumnya, yakni biasanya berbentuk sebuah kepanitiaan, metode screening yang paling populer diterapkan pada organisasi kampus ekonomi adalah metode interview. Lalu mengapa harus di-screening? Mengapa tidak langsung saja diterima untuk bergabung misalnya dalam suatu kepanitiaan? Mengapa harus ada placement untuk semua itu? Itu mungkin hanya segelintir pertanyaan dari seluruh pihak yang skeptis terhadap metode ini, namun mengapa pula tidak mencoba menjawab dengan sederhana, jelas tujuan diadakan screening adalah untuk saling berkenalan terlebih dahulu dengan para organisator dan melihat potensi yang dapat dikembangkan dari peserta screening kalaupun langsung diterima untuk bergabung maka tujuan mulia organisasi untuk mengembangkan potensi diri akan luntur begitu saja. Lantas, mengapa pula placement dilakukan? Jelas, lagi-lagi karena ada potensi yang perlu dikembangkan dari setiap diri mahasiswa sebagai peserta screening yang jelasnya tiap pribadi memiliki kecenderungan dan minat tertentu.
Model ideal screening kini sedikit demi sedikit mulai terungkap, namun bagaimana dengan mereka yang kecewa dengan metode ini? Setidaknya itu direpresentasikan dari 4 orang yang merasa screening menakutkan, takut karena belum punya pengalaman dan takut karena screening dirasa terlalu serius dan menyudutkan. Mari kita ungkap satu per satu, kita mulai dengan kasus mereka yang takut mengikuti proses screening karena belum punya pengalaman. Sebenarnya takut jenis ini tidak begitu kuat dijelaskan sebagai alasan tidak mengikuti proses screening, karena pengalaman sama sekali bukan dasar pertimbangan yang bisa ditawarkan sebagai budaya pemikiran objektif. Kemudian jenis takut yang kedua yaitu rasa takut karena screening terlalu serius dan menyudutkan, seperti yang dipaparkan di awal tadi bahwa screening memang tahap awal bergabung dalam suatu proses dalam organisasi sehingga membutuhkan komitmen yang kuat dari peserta screening, hal ini jelas membuat screening seolah-olah terlalu serius dan menyebalkan karena banyak sekali pertanyaan tipe interview yang ditanyakan pada peserta screening yang juga biasanya agak rumit. Jika kita bijak menyikapi permasalahan ini tentu kita dapat menakar hal ini dengan jelas, yaitu mari kita tarik kebelakang lagi apa yang sudah dibaca, ya.. tujuan kita berorganisasi tentu saja untuk pengembangan diri dan mungkin memang itu benefit yang anda inginkan yang membuat anda cenderung bergabung di organisasi tertentu, tentu saja selain alasan tertentu. Biarkan saya menyimpulkan tujuan berorganisasi secara general, yakni pengembangan diri dengan jalan menselaraskan hardskill dan softskill, jika memang benar hal itu yang diinginkan dan dituju tentu anda harus benar-benar menghargai sebuah komitmen dan keseriusan dalam bersikap dan berinteraksi dengan sesama, apalagi jika kita ingat kembali akan jadi apa diri kita nanti, ada yang terjun ke dunia kerja, ada yang terjun langsung bersentuhan dengan masyarakat dan lain sebagainya. Tentu hal sejenis screening apabila dibandingkan dengan wawancara dunia kerja maupun jenis komunikasi manapun dengan masyarakat tidak begitu sebanding. Justru screening dapat kita manfaatkan untuk menempa diri, terutama proses setelahnya. Yang jelas takut bukanlah hal yang patut dipelihara oleh mahasiswa pada zona nyaman diri sehingga terus mengekang diri untuk berkembang. [akns]

*Penulis adalah Kepala Bidang Penalaran dan Keilmuan HIMESBANG FE UNSOED 2011.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

luar biasa menginspirasi saya

mahasiswa 2011 mengatakan...

kaka cemungudhhh eaaa!