Selasa, 14 Juni 2011

Masyarakat Ekonomi ASEAN : Peluang dan Tantangan bagi Indonesia


DENNI P. PURBASARI
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE Unsoed
9 Juni 2011
                                                   
Outline
      Liberalisasi perdagangan adalah suatu pilihan
            Oil shock dan deregulasi ekonomi untuk ekspor
            Liberalisasi perdagangan: pisau bermata dua
      Dari PTA 1977 hingga MEA 2015
      Sejarah MEA 2015
      Peluang Indonesia dalam MAE 2015
            Akses pasar, kapasitas produktif (K,L,T), input dan output yang beragam dengan harga kompetitif, kompetisi, true comparative advantage, consumption-smoothing, integrasi, reformasi internal, kompetisi, reduced rent seeking, konsolidasi, modernisasi à efisiensi, pertumbuhan, kesejahteraan
      Tantangan Indonesia dalam MAE 2015
            Substitusi produk domestik dengan impor, substitusi produsen lokal dengan MNC, menciptakan pengangguran di sektor-sektor tertentu, mengurangi skala usaha, unsustainable growth, ketergantungan, instabilitas harga, penurunan tariff revenue dan ruang bagi kebijakan perdagangan strategis à stuck in the middle
       Epilog

Liberalisasi adalah Pilihan
      Perdagangan internasional adalah suatu pilihan; begitu juga dengan seberapa banyak negara tersebut akan berdagang.
      Motif perdagangan: ada manfaat untuk melakukannya
      Teori: trade can be beneficial
      Liberalisasi perdagangan: penggunaan harga secara lebih intensif sebagai sinyal perdagangan
            Memangkas atau mengurangi hambatan perdagangan
            Meningkatkan dan memfasilitasi perdagangan
      Liberalisasi perdagangan didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi.
      Indonesia “memilih” deregulasi ekonomi untuk memacu ekspor ketika terjadi oil shock pada pertengahan 1980-an. Tujuan: menghasilkan sumber alternatif penghasil cadangan devisa.

Liberalisasi Perdagangan Indonesia dalam ASEAN
      Preferential Tariff Arrangement (PTA): 1977
      Common Effective Preferential Tariff (CEPT) – AFTA: 1992
            Diimplementasikan sejak 2002 untuk ASEAN-6
      ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS): 1995
      ASEAN Vision 2020
      ASEAN Investment Area (AIA): 1998
      ASEAN Economic Community: 2003
      ASEAN-China FTA: 2004
      ASEAN-Korea FTA: 2006
      Percepatan AEC dari 2020 ke 2015, ASEAN Charter dan AEC Blueprint, ASEAN-China FTA (Services) dan ASEAN-Korea (Services): 2007
      Implementasi ASEAN Blueprint dan ASEAN-Japan CEP: 2008
      ASEAN-NZ FTA, ASEAN-India FTA (Goods), ASEAN-Korea (Investment), ASEAN-China (Investment)  dan AEC Scorecard: 2009 

Sejarah MAE 2015: KTT ASEAN ke-9 Tahun 2003
      Implementasi Bali Concord II dijabarkan dalam AEC Blueprint
      AEC Blueprint terdiri dari 4 pilar:
      ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi tunggal         
                                Barang dan jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik mengalir bebas; aliran modal            lebih bebas
      ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi
                                    Peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, HAKI, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce
      ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
Pengembangan UMKM, dan integrasi ASEAN dengan CLMV
      ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian dunia
Pendekatan yang koherensi dengan kawasan di luar ASEAN dan meningkatkan    peran di jejaring produksi global

Peluang Indonesia dalam MAE 2015
      Akses pasar
Pada akhir tahun 2009, ASEAN-6 merealisasikan target tarif 0-5%, yang mencakup 98% tariff lines, dan lebih dari 95% perdagangan barang intra-ASEAN
            ASEAN mencakup 20 persen perdagangan Indonesia 
      Input dan output: lebih banyak pilihan dengan harga bersaing    
Struktur ekspor negara-negara ASEAN lebih banyak bersifat substitusi dengan produk Indonesia daripada komplemen (pertanian, perikanan, produk karet, produk kayu, dan elektronik)
            ASEAN mencakup 20 persen FDI inflow Indonesia
            Aliran SDM terampil dan modal
      True comparative advantage
            Contoh: timah, batubara, kakao, CPO                       
      Consumption-smoothing
Mengisi kekurangan pasokan bahan pangan dan menstabilkan gejolak harga domestik (cabe dan beras)
      Integrasi
Menciptakan pusat-pusat produksi baru yang saling terkait dan menunjang, membentuk suatu jejaring produksi (elektronik, coklat, buah dan sayuran)
      Reformasi internal
Menekan birokrasi pemerintah untuk lebih efisien; regulasi lebih predictable, koheren dan transparan. Contoh: NSW, DNI, izin kerja WNA, durasi HGU/HGB dan UU pengadaan lahan.
      Kompetisi
            Aturan IPR, kompetisi, pengadilan yang independen
      Reduced rent seeking
Tariff, NTM dan NTB dipangkas sehingga biaya transaksi menjadi lebih murah. Contoh: e-government, NSW (studi Purbasari, 2005)
      Konsolidasi
Aturan, standard, praktek bisnis terkonsolidasi. Contoh: produksi buah dan sayur dan liberalisasi bisnis retail  (studi Bank Dunia, Juni 2007)
      Modernisasi
            Infrastruktur pelabuhan, kapal, logistik, retailer, berikut pengelolaannya.      
Keseluruhan:   Amiti dan Konings (AER, 2007) untuk tarif
                        Lipsey dan Sjoholm (2010) untuk FDI




Tantangan Indonesia dalam MAE 2015
      Substitusi produksi domestik oleh impor
            Contoh: Durian Petruk vs. Monthong, Sunsilk vs. Panthene
      Terdesaknya produsen lokal oleh MNC
Contoh: berkurangnya pangsa pasar tradisional oleh retailer modern, pangsa bank nasional oleh bank asing, asuransi nasional oleh asuransi asing (studi Bank Dunia)
      Pengangguran, ketidakpuasan sosial, sentimen anti-asing
            Kampanye anti MNC “pengeksploitasi pekerja” (Harrison dan Scorse, AER, 2010)
      Pertumbuhan yang tidak berkelanjutan
Unsustainable comparative advantage: mining and quarrying. Eksploitasi air, urbanisasi dan permukiman kota.
      Instabilitas harga
Contoh: Instabilitas harga minyak, CPO, gandum berimbas ke Indonesia. Krisis keuangan global 2008 berimbas pada aliran modal keluar dan naiknya biaya modal di Indonesia.     
      Berkurangnya tariffs revenue
      Berkurangnya ruang untuk strategic trade policy
           
Epilog
      Gap: persepsi dan fakta
      Pembuktian: dengan contoh vs. dengan statistik (N)
      Counfounding factors: tanpa liberalisasi perdagangan, beberapa hal tetap saja terjadi. Contoh: pengrusakan lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam
      FTA tanpa investasi dan perubahan struktural dalam institusi mungkin memberikan manfaat terbatas. Australia: keuntungan bukan dari perdagangan, namun dari investasi dan jasa. China dan Thailand: FDI sebagai export driver dan solusi kapasitas produksi domestik yang terbatas. 
      Realisasi manfaat terjadi dalam jangka panjang. Perlu konsistensi dan koherensi implementasi. Korea: kerugian jangka pendek, untuk keuntungan dinamis jangka panjang. EU-Korea FTA.  
      Manfaat terbatas dari capacity building dan cooperation. Contoh: JIEPA dimana implementasi lemah.
      Rekomendasi: bertindak sekarang untuk antisipasi the loosers; komitmen untuk reformasi.

LAMPIRAN
      Penghapusan vs. Penurunan Tarif
      Setiap negara mengusulkan produk-produk yang akan dihapuskan tarifnya ke dalam Inclusion List (IL).  Produk yang dikecualikan dimasukkan ke dalam  Sensitive List (SL), Highly Sensitive List (HSL), General Exception List (GEL).

Jadwal Penghapusan Tarif Produk Kategori IL
Negara
60% Pos Tarif
80% Pos Tarif
100% Pos Tarif
ASEAN-6
2003
2007
2010
Vietnam
2006
2010
2015
Laos dan Myanmar
2008
2012
2015
Cambodia
2010
-
2015-2018
Sumber: Departemen Perdagangan RI, Menuju AEC 2015, hal. 21




Komposisi Jumlah Pos Tarif 2009

Negara
IL
GEL
SL/HSL
Total
Indonesia
8632
96
9
8737
Malaysia
12239
96
-
12335
Philippines
8934
27
19
8980
Singapore
8300
-
-
8300
Thailand
8300
-
-
8300

Negara
0-5%
>5%
Lainnya
Total
Rata-rata Tarif (%)
Indonesia
8625
7
-
8632
1.05
Malaysia
12173
32
34
12239
0.94
Philippines
8857
77
-
8934
1.01
Singapore
8300
-
-
8300
0
Thailand
8287
13
-
8300
1.01
Sumber: Departemen Perdagangan RI, Menuju AEC 2015, hal. 21





AFTA: Forum Perdagangan Paling Liberal yang Diikuti Indonesia

ACFTA: Overlap Indonesia-China: 83.5%.  Overlap Thailand-China: 76.1%.
Philippines, 57%.  Malaysia, 54%.  Singapore, 44%.

Apakah Penurunan Tarif Meningkatkan Impor?
      Mengadopsi model Pardo dkk. (2009):


      Dan memodifikasinya sedikit menjadi:









 


      Ditemukan bahwa koefisien        (afta) negatif namun tidak signifikan. Satu-satunya koefisien yang negatif dan signifikan adalah beta MFN.  Koefisien beta china justru positif dan signifikan (HS-6, 2005-2009, N=180.000+). 
            Sumber: World Bank, Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia, Melihat ke Masa Depan, September 2010.     

Tarif: Output vs. Input
Industri
Tipe Tarif
1991
1993
1995
1997
1999
2001
31 Makanan
output
20.84
20.5
20.62
19.19
15.95
15.94

input
13.86
13.6
9.83
8.68
7.12
6.95
32 Tekstil
output
27.35
26.65
20.19
16.53
12.68
9.43

input
17.59
17.38
13.25
10.76
8.87
6.27
33 Kayu
output
24.2
24.1
17.95
12.32
9.43
6.91

input
10.24
10.09
6.52
4.32
3.57
2.9
34 Kertas
output
21.21
19.76
10.09
7.04
4.31
4.03

input
17.56
16.3
9.42
6.86
4.81
4.18
35 Kimia
output
15.6
14.93
12.05
10.11
8.31
6.92

input
11.14
11.05
9
7.57
6.26
5.16
36 Besi dan baja
output
23.04
21.84
10.62
7.46
6.4
5.65

input
14.81
13.94
9.52
7.95
6.61
5.64
37 Mesin
output
11.5
9.72
8.08
7.32
6.85
5.77

input
9.8
9.94
7.82
7.32
6.88
6.15
38 Elektronik
output
18.89
18.56
14.69
11.01
7.75
6.69

input
13.84
13.53
10.25
8.32
7.26
6.26
39 Lainnya
output
32.5
31.57
22.11
17.7
14.28
10.98

input
15.94
15.37
11.25
9.17
7.67
6.17
Keseluruhan
output
20.88
20.29
15.58
12.51
9.76
8.44

input
13.71
13.4
9.92
8.24
6.91
5.94
Sumber: Amiti dan Konings, AER, 2007 


Pajak Perdagangan Internasional

Sumber: Bank Dunia, Doing Business 2010  


Aliran Masuk FDI: “Penurunan Kualitas” Investasi?
FDI Kumulatif menurut Negara Asal (juta US$)
Negara
1992-2009
Share
ASEAN
38177
19.8
   Philippines
280
0.1
   Malaysia
9395
4.9
   Thailand
344
0.2
   Singapore
28157
14.6
Non-ASEAN
57604
29.9
Asia
112047
58.2
Eropa
50815
26.4
Tidak termasuk migas, pertambangan dan keuangan.
            1992-2004 berdasarkan persetujuan;2005-2009 realisasi.
            Tidak termasuk joint ventures.
            Sumber: BKPM, diambil dari OECD Investment Policy Reviews, 2010


Sektor Utama
Periode
Sektor
1999-2003
Jasa keuangan
2004-2006
Manufaktur
2007-sekarang
Pertambangan
Sumber: Bank Indonesia, diambil dari OECD
Investment Policy Reviews, 2010


Investasi
Laju Investasi nominal (% terhadap PDB)
Negara
1996 Nom
1996 Riil
2000 Nom
2000 Riil
2009 Nom
2009 Riil
Cina
34
n.a.
34
34
46
43
India
23
22
23
23
32
31
Indonesia
30
27
20
20
31
23
Filipina
42
39
25
25
20
21
Thailand
23
21
21
21
15
15
Vietnam
41
47
22
22
24
23
Nominal = Investasi nominal/PDB    
            Sumber: Bank Dunia, WDI

Meskipun laju pertumbuhan investasi nominal Indonesia tertinggi di ASEAN, angka ini tidak lebih dari 65% dari angka yang diprediksi dalam model.  Sedangkan untuk negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina), angka prediksi mereka di atas 100%.
Mengapa?  Globalization Index 2009, 56/60. Global Competitiveness Report 54/133, namun dengan rangking infrastruktur pelabuhan 95/133. Doing Business Report 122/183. 


Biaya Pemberhentian Karyawan dalam Jumlah Minggu Penghasilan

Sumber: Bank Dunia, Doing Business 2010  

Tidak ada komentar: