DENNI P. PURBASARI
Dipresentasikan dalam Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FE Unsoed
9 Juni 2011
Outline
• Liberalisasi perdagangan adalah suatu pilihan
Oil shock dan deregulasi ekonomi untuk ekspor
Liberalisasi perdagangan: pisau bermata dua
• Dari PTA 1977 hingga MEA 2015
• Sejarah MEA 2015
• Peluang Indonesia dalam MAE 2015
Akses pasar, kapasitas produktif (K,L,T), input dan output yang beragam dengan harga kompetitif, kompetisi, true comparative advantage, consumption-smoothing, integrasi, reformasi internal, kompetisi, reduced rent seeking, konsolidasi, modernisasi à efisiensi, pertumbuhan, kesejahteraan
• Tantangan Indonesia dalam MAE 2015
Substitusi produk domestik dengan impor, substitusi produsen lokal dengan MNC, menciptakan pengangguran di sektor-sektor tertentu, mengurangi skala usaha, unsustainable growth, ketergantungan, instabilitas harga, penurunan tariff revenue dan ruang bagi kebijakan perdagangan strategis à stuck in the middle
• Epilog
Liberalisasi adalah Pilihan
• Perdagangan internasional adalah suatu pilihan; begitu juga dengan seberapa banyak negara tersebut akan berdagang.
• Motif perdagangan: ada manfaat untuk melakukannya
• Teori: trade can be beneficial
• Liberalisasi perdagangan: penggunaan harga secara lebih intensif sebagai sinyal perdagangan
Memangkas atau mengurangi hambatan perdagangan
Meningkatkan dan memfasilitasi perdagangan
• Liberalisasi perdagangan didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan transportasi.
• Indonesia “memilih” deregulasi ekonomi untuk memacu ekspor ketika terjadi oil shock pada pertengahan 1980-an. Tujuan: menghasilkan sumber alternatif penghasil cadangan devisa.
Liberalisasi Perdagangan Indonesia dalam ASEAN
• Preferential Tariff Arrangement (PTA): 1977
• Common Effective Preferential Tariff (CEPT) – AFTA: 1992
Diimplementasikan sejak 2002 untuk ASEAN-6
• ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS): 1995
• ASEAN Vision 2020
• ASEAN Investment Area (AIA): 1998
• ASEAN Economic Community: 2003
• ASEAN-China FTA: 2004
• ASEAN-Korea FTA: 2006
• Percepatan AEC dari 2020 ke 2015, ASEAN Charter dan AEC Blueprint, ASEAN-China FTA (Services) dan ASEAN-Korea (Services): 2007
• Implementasi ASEAN Blueprint dan ASEAN-Japan CEP: 2008
• ASEAN-NZ FTA, ASEAN-India FTA (Goods), ASEAN-Korea (Investment), ASEAN-China (Investment) dan AEC Scorecard: 2009
Sejarah MAE 2015: KTT ASEAN ke-9 Tahun 2003
• Implementasi Bali Concord II dijabarkan dalam AEC Blueprint
• AEC Blueprint terdiri dari 4 pilar:
• ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi tunggal
Barang dan jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik mengalir bebas; aliran modal lebih bebas
• ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi tinggi
Peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, HAKI, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce
• ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
Pengembangan UMKM, dan integrasi ASEAN dengan CLMV
• ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian dunia
Pendekatan yang koherensi dengan kawasan di luar ASEAN dan meningkatkan peran di jejaring produksi global
Peluang Indonesia dalam MAE 2015
• Akses pasar
Pada akhir tahun 2009, ASEAN-6 merealisasikan target tarif 0-5%, yang mencakup 98% tariff lines, dan lebih dari 95% perdagangan barang intra-ASEAN
ASEAN mencakup 20 persen perdagangan Indonesia
• Input dan output: lebih banyak pilihan dengan harga bersaing
Struktur ekspor negara-negara ASEAN lebih banyak bersifat substitusi dengan produk Indonesia daripada komplemen (pertanian, perikanan, produk karet, produk kayu, dan elektronik)
ASEAN mencakup 20 persen FDI inflow Indonesia
Aliran SDM terampil dan modal
• True comparative advantage
Contoh: timah, batubara, kakao, CPO
• Consumption-smoothing
Mengisi kekurangan pasokan bahan pangan dan menstabilkan gejolak harga domestik (cabe dan beras)
• Integrasi
Menciptakan pusat-pusat produksi baru yang saling terkait dan menunjang, membentuk suatu jejaring produksi (elektronik, coklat, buah dan sayuran)
• Reformasi internal
Menekan birokrasi pemerintah untuk lebih efisien; regulasi lebih predictable, koheren dan transparan. Contoh: NSW, DNI, izin kerja WNA, durasi HGU/HGB dan UU pengadaan lahan.
• Kompetisi
Aturan IPR, kompetisi, pengadilan yang independen
• Reduced rent seeking
Tariff, NTM dan NTB dipangkas sehingga biaya transaksi menjadi lebih murah. Contoh: e-government, NSW (studi Purbasari, 2005)
• Konsolidasi
Aturan, standard, praktek bisnis terkonsolidasi. Contoh: produksi buah dan sayur dan liberalisasi bisnis retail (studi Bank Dunia, Juni 2007)
• Modernisasi
Infrastruktur pelabuhan, kapal, logistik, retailer, berikut pengelolaannya.
Keseluruhan: Amiti dan Konings (AER, 2007) untuk tarif
Lipsey dan Sjoholm (2010) untuk FDI
Tantangan Indonesia dalam MAE 2015
• Substitusi produksi domestik oleh impor
Contoh: Durian Petruk vs. Monthong, Sunsilk vs. Panthene
• Terdesaknya produsen lokal oleh MNC
Contoh: berkurangnya pangsa pasar tradisional oleh retailer modern, pangsa bank nasional oleh bank asing, asuransi nasional oleh asuransi asing (studi Bank Dunia)
• Pengangguran, ketidakpuasan sosial, sentimen anti-asing
Kampanye anti MNC “pengeksploitasi pekerja” (Harrison dan Scorse, AER, 2010)
• Pertumbuhan yang tidak berkelanjutan
Unsustainable comparative advantage: mining and quarrying. Eksploitasi air, urbanisasi dan permukiman kota.
• Instabilitas harga
Contoh: Instabilitas harga minyak, CPO, gandum berimbas ke Indonesia. Krisis keuangan global 2008 berimbas pada aliran modal keluar dan naiknya biaya modal di Indonesia.
• Berkurangnya tariffs revenue
• Berkurangnya ruang untuk strategic trade policy
Epilog
• Gap: persepsi dan fakta
• Pembuktian: dengan contoh vs. dengan statistik (N)
• Counfounding factors: tanpa liberalisasi perdagangan, beberapa hal tetap saja terjadi. Contoh: pengrusakan lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam
• FTA tanpa investasi dan perubahan struktural dalam institusi mungkin memberikan manfaat terbatas. Australia: keuntungan bukan dari perdagangan, namun dari investasi dan jasa. China dan Thailand: FDI sebagai export driver dan solusi kapasitas produksi domestik yang terbatas.
• Realisasi manfaat terjadi dalam jangka panjang. Perlu konsistensi dan koherensi implementasi. Korea: kerugian jangka pendek, untuk keuntungan dinamis jangka panjang. EU-Korea FTA.
• Manfaat terbatas dari capacity building dan cooperation. Contoh: JIEPA dimana implementasi lemah.
• Rekomendasi: bertindak sekarang untuk antisipasi the loosers; komitmen untuk reformasi.
LAMPIRAN
• Penghapusan vs. Penurunan Tarif
• Setiap negara mengusulkan produk-produk yang akan dihapuskan tarifnya ke dalam Inclusion List (IL). Produk yang dikecualikan dimasukkan ke dalam Sensitive List (SL), Highly Sensitive List (HSL), General Exception List (GEL).
Jadwal Penghapusan Tarif Produk Kategori IL
Negara | 60% Pos Tarif | 80% Pos Tarif | 100% Pos Tarif |
ASEAN-6 | 2003 | 2007 | 2010 |
Vietnam | 2006 | 2010 | 2015 |
Laos dan Myanmar | 2008 | 2012 | 2015 |
Cambodia | 2010 | - | 2015-2018 |
Sumber: Departemen Perdagangan RI, Menuju AEC 2015, hal. 21
Komposisi Jumlah Pos Tarif 2009
Negara | IL | GEL | SL/HSL | Total |
Indonesia | 8632 | 96 | 9 | 8737 |
Malaysia | 12239 | 96 | - | 12335 |
Philippines | 8934 | 27 | 19 | 8980 |
Singapore | 8300 | - | - | 8300 |
Thailand | 8300 | - | - | 8300 |
Negara | 0-5% | >5% | Lainnya | Total | Rata-rata Tarif (%) |
Indonesia | 8625 | 7 | - | 8632 | 1.05 |
Malaysia | 12173 | 32 | 34 | 12239 | 0.94 |
Philippines | 8857 | 77 | - | 8934 | 1.01 |
Singapore | 8300 | - | - | 8300 | 0 |
Thailand | 8287 | 13 | - | 8300 | 1.01 |
Sumber: Departemen Perdagangan RI, Menuju AEC 2015, hal. 21
AFTA: Forum Perdagangan Paling Liberal yang Diikuti Indonesia
ACFTA: Overlap Indonesia-China: 83.5%. Overlap Thailand-China: 76.1%.
Philippines, 57%. Malaysia, 54%. Singapore, 44%.
Apakah Penurunan Tarif Meningkatkan Impor?
• Mengadopsi model Pardo dkk. (2009):
• Dan memodifikasinya sedikit menjadi:
• Ditemukan bahwa koefisien (afta) negatif namun tidak signifikan. Satu-satunya koefisien yang negatif dan signifikan adalah beta MFN. Koefisien beta china justru positif dan signifikan (HS-6, 2005-2009, N=180.000+).
Sumber: World Bank, Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia, Melihat ke Masa Depan, September 2010.
Tarif: Output vs. Input
Industri | Tipe Tarif | 1991 | 1993 | 1995 | 1997 | 1999 | 2001 |
31 Makanan | output | 20.84 | 20.5 | 20.62 | 19.19 | 15.95 | 15.94 |
input | 13.86 | 13.6 | 9.83 | 8.68 | 7.12 | 6.95 | |
32 Tekstil | output | 27.35 | 26.65 | 20.19 | 16.53 | 12.68 | 9.43 |
input | 17.59 | 17.38 | 13.25 | 10.76 | 8.87 | 6.27 | |
33 Kayu | output | 24.2 | 24.1 | 17.95 | 12.32 | 9.43 | 6.91 |
input | 10.24 | 10.09 | 6.52 | 4.32 | 3.57 | 2.9 | |
34 Kertas | output | 21.21 | 19.76 | 10.09 | 7.04 | 4.31 | 4.03 |
input | 17.56 | 16.3 | 9.42 | 6.86 | 4.81 | 4.18 | |
35 Kimia | output | 15.6 | 14.93 | 12.05 | 10.11 | 8.31 | 6.92 |
input | 11.14 | 11.05 | 9 | 7.57 | 6.26 | 5.16 | |
36 Besi dan baja | output | 23.04 | 21.84 | 10.62 | 7.46 | 6.4 | 5.65 |
input | 14.81 | 13.94 | 9.52 | 7.95 | 6.61 | 5.64 | |
37 Mesin | output | 11.5 | 9.72 | 8.08 | 7.32 | 6.85 | 5.77 |
input | 9.8 | 9.94 | 7.82 | 7.32 | 6.88 | 6.15 | |
38 Elektronik | output | 18.89 | 18.56 | 14.69 | 11.01 | 7.75 | 6.69 |
input | 13.84 | 13.53 | 10.25 | 8.32 | 7.26 | 6.26 | |
39 Lainnya | output | 32.5 | 31.57 | 22.11 | 17.7 | 14.28 | 10.98 |
input | 15.94 | 15.37 | 11.25 | 9.17 | 7.67 | 6.17 | |
Keseluruhan | output | 20.88 | 20.29 | 15.58 | 12.51 | 9.76 | 8.44 |
| input | 13.71 | 13.4 | 9.92 | 8.24 | 6.91 | 5.94 |
Sumber: Amiti dan Konings, AER, 2007
Pajak Perdagangan Internasional
Sumber: Bank Dunia, Doing Business 2010
Aliran Masuk FDI: “Penurunan Kualitas” Investasi?
FDI Kumulatif menurut Negara Asal (juta US$)
Negara | 1992-2009 | Share |
ASEAN | 38177 | 19.8 |
Philippines | 280 | 0.1 |
Malaysia | 9395 | 4.9 |
Thailand | 344 | 0.2 |
Singapore | 28157 | 14.6 |
Non-ASEAN | 57604 | 29.9 |
Asia | 112047 | 58.2 |
Eropa | 50815 | 26.4 |
Tidak termasuk migas, pertambangan dan keuangan.
1992-2004 berdasarkan persetujuan;2005-2009 realisasi.
Tidak termasuk joint ventures.
Sumber: BKPM, diambil dari OECD Investment Policy Reviews, 2010
Sektor Utama
Periode | Sektor |
1999-2003 | Jasa keuangan |
2004-2006 | Manufaktur |
2007-sekarang | Pertambangan |
Sumber: Bank Indonesia, diambil dari OECD
Investment Policy Reviews, 2010
Investasi
Laju Investasi nominal (% terhadap PDB)
Negara | 1996 Nom | 1996 Riil | 2000 Nom | 2000 Riil | 2009 Nom | 2009 Riil |
Cina | 34 | n.a. | 34 | 34 | 46 | 43 |
India | 23 | 22 | 23 | 23 | 32 | 31 |
Indonesia | 30 | 27 | 20 | 20 | 31 | 23 |
Filipina | 42 | 39 | 25 | 25 | 20 | 21 |
Thailand | 23 | 21 | 21 | 21 | 15 | 15 |
Vietnam | 41 | 47 | 22 | 22 | 24 | 23 |
Nominal = Investasi nominal/PDB
Sumber: Bank Dunia, WDI
Meskipun laju pertumbuhan investasi nominal Indonesia tertinggi di ASEAN, angka ini tidak lebih dari 65% dari angka yang diprediksi dalam model. Sedangkan untuk negara-negara ASEAN lainnya (kecuali Filipina), angka prediksi mereka di atas 100%.
Mengapa? Globalization Index 2009, 56/60. Global Competitiveness Report 54/133, namun dengan rangking infrastruktur pelabuhan 95/133. Doing Business Report 122/183.
Biaya Pemberhentian Karyawan dalam Jumlah Minggu Penghasilan
Sumber: Bank Dunia, Doing Business 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar