Kondisi Universitas Jenderal Soedirman ini agaknya tidak cukup mengkhawatirkan untuk seukuran manusia yang ingin mencoba berproses untuk mengembangkan kemampuan akademiknya, setidaknya hal itu terlebih dahulu yang disoroti. Betapa tidak, sejak saya masuk ke perguruan tinggi negeri (PTN) ini, yang terasa justru kebanggaan besar karena mampu untuk diterima dan (bertahan) mengenyam pendidikan di PTN.
Kondisi gedung mengajar yang megah membuat mahasiswa betah dan nyaman belajar disini, mungkin saja hampir terlintas dibenak mereka untuk menginap di kampus tercintanya ini.
Kemudian bangku-bangku “back to nature” yang terbuat dari kayu dan ramah lingkungan digunakan pula disini, tak jarang bangku-bangku ini dihiasi oleh “graffiti asimetris” yang setiap orang pasti takjub melihatnya, dan tak jarang pula sebagian menjadi media informasi yang cukup andal untuk menginformasikan nomor telepon “orang-orang yang dianggap penting”.
Hebatnya lagi kampus ini di tiap kelas regulernya menggunakan 2 buah papan tulis whiteboard yang awalnya 1 papan tulis blackboard dan 1 papan tulis whiteboard, penggantian papan tulis ke whiteboard ini dirasa memang cukup ‘brilian’ dalam memenuhi perkembangan jaman, padahal di sekolah-sekolah di Amerika atau Jepang kita masih menjumpai blackboard.
Yang terlampau luar biasanya di ruang-ruang regular adalah kondisi udara yang sangat nyaman, kalau seandainya mahasiswa sedang merasa gerah, baik itu karena semangat belajar mahasiswa yang tinggi atau karena atmosfir kelas yang cukup menyenangkan, entah mungkin saja keduanya, memang tak perlu khwatir akan ada angin cepoi-cepoi yang cukup menenangkan suasana hati. Setelah menelisik lebih jauh ternyata ada sebuah gedung yang ruang kelasnya diberi mesin pendingin, coba dipikir lagi untuk apa pemberian mesin seperti itu, bukankah akan menambah kesejukan yang luar biasa seandainya nanti jika sedang belajar.
Yang lebih dari luar biasanya adalah betapa menyenangkan kuliah di kampus ini, seluruh informasi bisa kami dapat dengan adanya fasilitas hotspot area, walau kadang sering mengalami offline tetap saja ini merupakan cara mereka mendidik, agar kelak mahasiswa menjadi kaum yang sabar.
Coba anda pikirkan sejenak, apalagi yang kurang? Ya, rasanya memang tidak fair kalau saya tidak menyebutkan peran dosen dalam mengembangkan minat belajar maupun potensi akademik mahasiswa, benar adanya kalau memang hampir sebagian besar dosen telah dengan baik menuntun mahasiswa. Kita akan dengan jelas menyaksikan para dosen bekerja dengan sangat keras dengan berbagai macam tipe. Ada yang bersusah payah menggeser OHP (overhead projector) dan mengatur serta merapikan transparansi, bersusah payah memantau mahasiswa agar terbiasa didiktekan materi dan memarahi apabila tak mencatat, ada yang sibuk menceritakan masalah pribadinya yang cukup berat, ada yang menggunakan LCD Projector yang dikontrol lewat laptop sehingga mereka dapat memaparkan materinya, ada pula yang salah tingkah ketika tak bisa menjawab pertanyaan atau tak mampu menjelaskan kepada mahasiswa, ada yang menikmati kretek-nya sambil mengajar, sungguh luar biasa!
Angkatan terdahulu diatas saya (2008) berkata akan ada penurunan biaya SPP ketika menginjak semester tertentu, tapi sungguh jauh-jauh liar biasa ! SPP saya tidak turun sepeserpun dari sejak saya masuk di Ekonomi UNSOED ini. Hebat memang para birokrat itu, seperti punya indera ke-enam yang mengetahui bahwa mahasiswa perlu di asuransikan, perhatian mereka sungguh sangat patut untuk... di apakan lah, terserah.
Pengadaan asuransi bagaikan sebuah surprise untuk saya, karena tak pernah diberitahu semenjak saya masuk kampus liar biasa ini, Tiba-tiba ada begitu saja! Magic...
Begitu banyak macam dan jenis kebijakan lain yang ditelorkan pihak birokrat, saya tidak akan merincinya satu per satu, selain karena terlalu banyak, juga karena kebijakan tersebut sangat ’brilian’ sehingga sungguh berat lidah dan tangan ini. Tetapi justru kebijakan-kebijakan yang menetas saya kira sudah memenuhi atas jargon-jargon yang diteriakan oleh para aktifis. Setidaknya para aktifis berkata begini ” Kembalikan UNSOED menjadi kampus rakyat” justru saya pikir ini sudah sangat dipenuhi oleh birokrat, yaitu mengubah unsoed menjadi kampus rakyat, tinggal siapa sekrang yang disebut rakyat!
Ekonomi UNSOED dalam tulisan ini, kiranya memang benar-benar menjadi terbalik bukan terbaik,itu cuma bagi saya. Silahkan berpikir dan bertanya, wahai mahasiswa!
4 komentar:
mantap...
hidup mahasiswa....
sepakat mas agnesss, lama kampu ngejungkir balik karena sistemnya sendiri.
hidup mahasiswa
salam satu jiwa
Great people can do anything and above expectation with limitation of everything and another great people will continue what they have started before...
>>Semua dosen yang anda temui di Kampus adalah contoh dimana mereka melakukan yang terbaik di saat mereka hanya mendapatkan fasilitas yang sangat terbatas saat mereka menjadi mahasiswa, dan begitu juga saya..
_seno 01/02_
wew..ada mas seno :)
ya sentilan lah itu biasa-biasa
Posting Komentar