Kamis, 27 September 2012

IGD (INTERNAL GROUP DISCUSSION) KE-3


MODUL IGD (INTERNAL GROUP DISCUSSION) KE-3
BIRO KAJIAN DAN PENDIDIKAN
BIDANG KEILMUAN HIMESBANG FE UNSOED 2012
BERSAMA BIDANG EKSEKUTIF HIMESBANG FE UNSOED
“ECONOMIC OVERHEATING (PEMANASAN EKONOMI) AKANKAH MENJADI ‘SANTAPAN’ AKHIR TAHUN INDONESIA?”

Konsep Masalah                    : Tri Sutrisno
Fokus Diskusi                        : Ekonomika Internasional
Tema Diskusi                         : “Economic Overheating (Pemanasan Ekonomi) Akankah
   Menjadi ‘Santapan’ Akhir Tahun Indonesia?”
Tujuan Diskusi                      : Untuk menganalisa apakah defisit neraca perdagangan akan
              berlangsung hingga akhir tahun dan dampak apa yang akan
              ditimbulkan.
Moderator                              : Staff Biro Kajian dan Pendidikan; Bidang Keilmuan
Ruang Lingkup                     : Nilai ekspor dan impor Indonesia, Kenaikan tingkat harga
                         (Inflasi), Cadangan devisa, neraca perdagangan Indonesia,
  perkembangan Foreign Direct Invesment (FDI) Indonesia,
  permintaan masyarakat Indonesia.

PENGENALAN MASALAH :

Penyebab: Indonesia merupakan salah satu favorit bagi investor global yang direfleksikan dengan derasnya aliran modal masuk ke perekonomian terbesar di Asia Tenggara dengan melimpahnya kekayaan sumber daya alam dan meningkatnya penduduk kelas menengah. Fakta menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6% dan bahkan mengalami surplus neraca perdagangan seiring tingginya permintaan China dan India. Namun, sejak awal tahun 2012 kondisi neraca perdagangan memburuk dan hal ini diperburuk dengan penurunan harga komoditas. Kekhawatiran mengenai pemanasan ekonomi (economic overheating) di Indonesia meningkat akibat membengkaknya defisit transaksi berjalan.
Neraca perdagangan pada bulan Juni 2012 mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah bagi perdagangan Indonesia sebagai dampak melemahnya permintaan China dan Eropa. Nilai defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$1,32 miliar yang diperoleh dari kinerja impor sebesar US$16,69 miliar dan ekspor sebesar US$15,36 miliar pada periode tersebut. Kinerja ekspor pada bulan Juni 2012 menurun sebesar 16,44% dibandingkan bulan yang sama di tahun 2011, sedangkan impor meningkat sebesar 10,71% dibandingkan tahun sebelumnya namun turun 2,05% dibandingkan bulan sebelumnya.
Akibat : Lebih lanjut, akibat defisit perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan juga melebar akibat pelemahan ekonomi global. Defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2012 mencapai US$6,9 miliar (sebesar 3,1% PDB) dibandingkan dengan US$3,2 miliar (sebesar 1,5% PDB) pada kuartal I tahun 2012. Namun, di tengah memburuknya neraca transaksi berjalan, surplus neraca modal meningkat menjadi US$5,5 miliar (sebesar 2,5% PDB) pada triwulan II 2012. Kombinasi defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan menyebabkan depresiasi nilai tukar IDR terhadap USD yang mencapai 4,6% sejak awal tahun 2012 ini. Sejauh ini, IDR menunjukkan kinerja paling buruk jika dibandingkan dengan mata uang pada kawasan Asia Tenggara.
Analis valas Rahadyo Anggoro Widagdo menghawatirkan kondisi ini akan menekan market confidence dan dapat berakibat pada capital outflow yang akan semakin menekan nilai Rupiah, meskipun neraca pembayaran Indonesia diproyeksi surplus pada Semester II 2012 karena ditopang oleh Penanaman Modal Asing, investasi portfolio, dan penarikan hutang luar negeri, pemerintah harus tetap segera mengedepankan solusi untuk mencegah berlanjutnya defisit
Masalah : Kembali ke pertanyaan “Apakah ekonomi Indonesia mengalami pemanasan?” dengan mempertimbangkan melebarnya defisit transaksi berjalan dan melemahnya nilai tukar IDR terhadap USD?

KONSEPSI MASALAH :

Dodi Zulverdi, Direktur Statistik dan Ekonomi Moneter BI memperkirakan perlembaran defisit akan menyusut pada kuartal dua dan tiga mendatang karena didasarkan adanya indikasi ekspektasi kinerja ekonomi dunia mulai membaik meskipun tidak sebaik sebelum terjadi krisis yang tercermin dari real demand dunia dan harga komoditas yang mulai naik. Selain itu, surplus transaksi modal dan finansial juga akan lebih besar, baik dari PMA, investasi portofolio, maupun penarikan utang luar negeri.
Pada kuartal dua 2012 defisit transaksi berjalan melebar hingga mencapai 3,1% dari PDB (Produk Domestik Bruto) atau terbesar dalam sejarah. Defisit ini diakibatkan kinerja ekspor yang menurun di saat permintaan impor meningkat pesat.
Kendati transaksi modal dan finansial (TMF) mengalami keniakan surplus yang signifikan, jumlahnya tidak cukup untuk menutupi defisit transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan NPI mengalami defisit. Cadangan devisa pada akhir kuartal dua 2012 tercatat sebesar US$106,5 miliar.
Di sisi lain tren defisit neraca perdagangan Indonesia selama empat bulan berturut-turut masih terus menghantui pemerintah. Kendati mulai menurunkan tren penurunan, diperkirakan masih berlanjut sebagai proses transformasi dari pertumbuhan ekonomi dari pertumbuhan yang rendah ke taraf menengah dan tinggi.
Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar, mengatakan terlalu dini menyimpulkan defisit neraca perdagangan sudah melewati puncaknya pada bulan Juni lalu sebab perekonomian Indonesia yang tumbuh relatif rendah kini menuju pertumbuhan dengan skala ekonomi 1 triliun dollar AS ke atas.
Apalagi dalam proses transformasi itu, kondisi ekonomi global tengah lesu sehingga perlu ada penyesuaian tersendiri bagi setiap negara. Dengan kondisi Indonesia saat ini transaksi berjalan maupun neraca perdagangan untuk saat ini memang dalam kondisi berimbang. Kadang mengalami sedikit defisit atau mengalami surplus kecil. Ini gambaran perekonomian Indonesia di tengah krisis global

Perubahan Berkelanjutan
Menurut Mahendra ---defisit neraca perdagangan tidak akan menjadi persoalan dengan catatan neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan bisa dijaga kesehatannya sehingga neraca pembayaran Indonesia tidak lagi bergantung pada neraca perdagangan tetapi lebih kepada neraca jasa dan neraca modal.---
Solusi yang ditawarkan Mahendraà Kita perlu menjaga perubahan yang berkelanjutan di semua sektor mulai dari sektor riil sampai sektor keuangan sehingga tidak ada 'konslet'.
Kepala ekonom Dana Reksa Reserch Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan masih negatifnya tren perdagangan Indonesia merupakan hal yang biasa akibat permintaan global dan dari sisi domestiknya masih loyal karena investor asing banyak masuk sehingga otomatis ekspansi impor barang kapital dan barang baku juga meningkat.
"Biasanya Agustus, September, dan Oktober ada peluang ekspor cenderung lebih baik dibandingkan paro pertama, tetapi bergantung dari globalnya memburuk atau justru mengalami perbaikan. Kalau global cenderung negatif maka kemungkinan kita tidak bisa melihat neraca perdagangan yang positif," ungkap Purbaya.
Sementara itu, defisit dari neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang dinilai sebagian kalangan Indonesia sudah masuk ke dalam gejala overheating dibantah oleh Menteri Keuangan, Agus Martowardojo. Gejala overheating atau kepanasan ekonomi paparnya, belum terjadi, karena pemerintah terus mewaspadai gejolak ekonomi global.
Bagaimana analisis kalian? Apakah setuju apabila keadaan yang kita alami belum bisa disebut overheating?atau sebaliknya?

KESIMPULAN        : Pemanasan ekonomi yang terjadi di Indonesia dirasa tidak begitu mengkhawatirkan karena masih berada dalam tahap gejala-gejala ringan. Hal itu dikarenakan Indonesia terkenal dampak dari krisis ekonomi yang terjadi diseluruh belahan dunia. Karena alasan global itulah Indonesia terkena dampaknya. Namun, gejala-gejala ini tidak bisa dibiarkan. Diperlukan tindakan preventif dan represif untuk memulihkan keadaan dan agar tidak semakin memperparah overheating.


SARAN                      :
Untuk mencegah overheating yang semakin parah diperlukan tindakan-tindakan untuk mencegah dan bahkan mengembalikan keadaan. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
1.      Mengurangi jumlah impor seperti impor barang-barang elektronik dan menekan ekspor agar neraca perdagangan tidak defisit
2.      Karena adanya krisis ekonomi di negara sasaran pemasaran hasil ekspor Indonesia, maka Indonesia harus mencari pangsa pasar lain yang memungkinkan barang-barang ekspor untuk dipasarkan.
3.      Memperkuat pangsa pasar domestik dengan mengajak masyarakat mengurangi konsumsi barang impor dan menggunakan produk lokal
4.      Meningkatkan investasi untuk bahan pangan sehingga kita bisa mengurangi impor bahan pangan seperti beras
5.      Adanya peran serta kebijakan politik
6.      Menambah mitra diluar negeri untuk memungkinkan dibangunnya kerjasama pemasaran produk

Rabu, 19 September 2012

Daftar Pembimbing Akademik Mahasiswa Baru Program Studi S1 Reguler & S1 Internasional TA.2012

Daftar Pembimbing Akademik Mahasiswa Baru Program Studi S1 Reguler & Internasional Tahun Akademik 2012/2013. Daftar lengkapnya dapat di dibawah ini


klik sini