MODUL
IGD (INTERNAL GROUP DISCUSSION) KE-3
BIRO
KAJIAN DAN PENDIDIKAN
BIDANG
KEILMUAN HIMESBANG FE UNSOED 2012
BERSAMA
BIDANG EKSEKUTIF HIMESBANG FE UNSOED
“ECONOMIC
OVERHEATING (PEMANASAN EKONOMI) AKANKAH MENJADI ‘SANTAPAN’ AKHIR TAHUN
INDONESIA?”
Konsep
Masalah : Tri Sutrisno
Fokus
Diskusi : Ekonomika
Internasional
Tema
Diskusi : “Economic Overheating
(Pemanasan Ekonomi) Akankah
Menjadi ‘Santapan’ Akhir Tahun Indonesia?”
Tujuan
Diskusi : Untuk menganalisa
apakah defisit neraca perdagangan akan
berlangsung hingga akhir tahun
dan dampak apa yang akan
ditimbulkan.
Moderator : Staff Biro Kajian
dan Pendidikan; Bidang Keilmuan
Ruang
Lingkup : Nilai ekspor dan
impor Indonesia, Kenaikan tingkat harga
(Inflasi), Cadangan devisa, neraca
perdagangan Indonesia,
perkembangan Foreign Direct Invesment (FDI)
Indonesia,
permintaan masyarakat Indonesia.
PENGENALAN
MASALAH :
Penyebab: Indonesia merupakan salah satu
favorit bagi investor global yang direfleksikan dengan derasnya aliran modal
masuk ke perekonomian terbesar di Asia Tenggara dengan melimpahnya kekayaan
sumber daya alam dan meningkatnya penduduk kelas menengah. Fakta menyebutkan
bahwa dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencapai 6% dan bahkan mengalami surplus neraca perdagangan seiring tingginya
permintaan China dan India. Namun,
sejak awal tahun 2012 kondisi neraca perdagangan memburuk dan hal ini
diperburuk dengan penurunan harga komoditas. Kekhawatiran mengenai pemanasan
ekonomi (economic overheating) di Indonesia meningkat
akibat membengkaknya defisit transaksi berjalan.
Neraca
perdagangan pada bulan Juni 2012 mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah
bagi perdagangan Indonesia sebagai dampak melemahnya permintaan China dan
Eropa. Nilai defisit neraca perdagangan Indonesia mencapai US$1,32 miliar yang
diperoleh dari kinerja impor sebesar US$16,69 miliar dan ekspor sebesar
US$15,36 miliar pada periode tersebut. Kinerja ekspor pada bulan Juni 2012 menurun sebesar 16,44%
dibandingkan bulan yang sama di tahun 2011, sedangkan impor meningkat sebesar
10,71% dibandingkan tahun sebelumnya namun turun 2,05% dibandingkan bulan
sebelumnya.
Akibat : Lebih lanjut, akibat defisit
perdagangan, defisit neraca transaksi berjalan juga melebar akibat pelemahan
ekonomi global. Defisit transaksi berjalan pada kuartal II 2012 mencapai US$6,9
miliar (sebesar 3,1% PDB) dibandingkan dengan US$3,2 miliar (sebesar 1,5% PDB)
pada kuartal I tahun 2012. Namun, di tengah memburuknya neraca transaksi
berjalan, surplus neraca modal meningkat menjadi US$5,5 miliar (sebesar 2,5%
PDB) pada triwulan II 2012. Kombinasi
defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan menyebabkan depresiasi nilai
tukar IDR terhadap USD yang mencapai 4,6% sejak awal tahun 2012 ini. Sejauh
ini, IDR menunjukkan kinerja paling buruk jika dibandingkan dengan mata uang
pada kawasan Asia Tenggara.
Analis valas Rahadyo Anggoro Widagdo menghawatirkan kondisi
ini akan menekan market confidence dan dapat berakibat pada capital outflow
yang akan semakin menekan nilai Rupiah, meskipun neraca pembayaran Indonesia
diproyeksi surplus pada Semester II 2012 karena ditopang oleh Penanaman Modal
Asing, investasi portfolio, dan penarikan hutang luar negeri, pemerintah harus
tetap segera mengedepankan solusi untuk mencegah berlanjutnya defisit
Masalah
: Kembali ke pertanyaan “Apakah
ekonomi Indonesia mengalami pemanasan?” dengan mempertimbangkan melebarnya
defisit transaksi berjalan dan melemahnya nilai tukar IDR terhadap USD?
KONSEPSI MASALAH :
Dodi Zulverdi, Direktur Statistik dan Ekonomi Moneter BI memperkirakan
perlembaran defisit akan menyusut pada kuartal dua dan tiga mendatang karena
didasarkan adanya indikasi ekspektasi kinerja ekonomi dunia
mulai membaik meskipun tidak sebaik sebelum terjadi krisis yang tercermin dari
real demand dunia dan harga komoditas yang mulai naik. Selain itu, surplus
transaksi modal dan finansial juga akan lebih besar, baik dari PMA, investasi
portofolio, maupun penarikan utang luar negeri.
Pada kuartal dua 2012 defisit transaksi berjalan melebar
hingga mencapai 3,1% dari PDB (Produk Domestik Bruto) atau terbesar dalam
sejarah. Defisit ini diakibatkan kinerja ekspor yang menurun di saat permintaan
impor meningkat pesat.
Kendati transaksi modal dan finansial (TMF) mengalami
keniakan surplus yang signifikan, jumlahnya tidak cukup untuk menutupi defisit
transaksi berjalan sehingga secara keseluruhan NPI mengalami defisit. Cadangan
devisa pada akhir kuartal dua 2012 tercatat sebesar US$106,5 miliar.
Di sisi lain tren
defisit neraca perdagangan Indonesia selama empat bulan berturut-turut masih
terus menghantui pemerintah. Kendati mulai menurunkan tren penurunan,
diperkirakan masih berlanjut sebagai proses transformasi dari pertumbuhan
ekonomi dari pertumbuhan yang rendah ke taraf menengah dan tinggi.
Wakil Menteri Keuangan,
Mahendra Siregar, mengatakan terlalu dini menyimpulkan defisit neraca
perdagangan sudah melewati puncaknya pada bulan Juni lalu sebab perekonomian
Indonesia yang tumbuh relatif rendah kini menuju pertumbuhan dengan skala
ekonomi 1 triliun dollar AS ke atas.
Apalagi dalam proses
transformasi itu, kondisi ekonomi global tengah lesu sehingga perlu ada
penyesuaian tersendiri bagi setiap negara. Dengan kondisi Indonesia saat ini
transaksi berjalan maupun neraca perdagangan untuk saat ini memang dalam
kondisi berimbang. Kadang mengalami sedikit defisit atau mengalami surplus
kecil. Ini gambaran perekonomian Indonesia di tengah krisis global
Perubahan Berkelanjutan
Menurut Mahendra ---defisit
neraca perdagangan tidak akan menjadi persoalan dengan catatan neraca
pembayaran Indonesia secara keseluruhan bisa dijaga kesehatannya sehingga
neraca pembayaran Indonesia tidak lagi bergantung pada neraca perdagangan
tetapi lebih kepada neraca jasa dan neraca modal.---
Solusi yang ditawarkan
Mahendraà
Kita perlu menjaga perubahan yang berkelanjutan di semua sektor mulai dari
sektor riil sampai sektor keuangan sehingga tidak ada 'konslet'.
Kepala ekonom Dana
Reksa Reserch Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan masih negatifnya tren
perdagangan Indonesia merupakan hal yang biasa akibat permintaan global dan
dari sisi domestiknya masih loyal karena investor asing banyak masuk sehingga
otomatis ekspansi impor barang kapital dan barang baku juga meningkat.
"Biasanya
Agustus, September, dan Oktober ada peluang ekspor cenderung lebih baik
dibandingkan paro pertama, tetapi bergantung dari globalnya memburuk atau
justru mengalami perbaikan. Kalau global cenderung negatif maka kemungkinan
kita tidak bisa melihat neraca perdagangan yang positif," ungkap Purbaya.
Sementara itu, defisit
dari neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang dinilai sebagian kalangan
Indonesia sudah masuk ke dalam gejala overheating dibantah oleh Menteri
Keuangan, Agus Martowardojo. Gejala overheating atau kepanasan ekonomi
paparnya, belum terjadi, karena pemerintah terus mewaspadai gejolak ekonomi
global.
Bagaimana analisis
kalian? Apakah setuju apabila keadaan yang kita alami belum bisa disebut overheating?atau sebaliknya?
KESIMPULAN :
Pemanasan
ekonomi yang terjadi di Indonesia dirasa tidak begitu mengkhawatirkan karena
masih berada dalam tahap gejala-gejala ringan. Hal itu dikarenakan Indonesia
terkenal dampak dari krisis ekonomi yang terjadi diseluruh belahan dunia. Karena
alasan global itulah Indonesia terkena dampaknya. Namun, gejala-gejala ini
tidak bisa dibiarkan. Diperlukan tindakan preventif dan represif untuk
memulihkan keadaan dan agar tidak semakin memperparah overheating.
SARAN :
Untuk
mencegah overheating yang semakin
parah diperlukan tindakan-tindakan untuk mencegah dan bahkan mengembalikan
keadaan. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:
1.
Mengurangi
jumlah impor seperti impor barang-barang elektronik dan menekan ekspor agar
neraca perdagangan tidak defisit
2.
Karena
adanya krisis ekonomi di negara sasaran pemasaran hasil ekspor Indonesia, maka
Indonesia harus mencari pangsa pasar lain yang memungkinkan barang-barang
ekspor untuk dipasarkan.
3.
Memperkuat
pangsa pasar domestik dengan mengajak masyarakat mengurangi konsumsi barang
impor dan menggunakan produk lokal
4.
Meningkatkan
investasi untuk bahan pangan sehingga kita bisa mengurangi impor bahan pangan
seperti beras
5.
Adanya
peran serta kebijakan politik
6.
Menambah
mitra diluar negeri untuk memungkinkan dibangunnya kerjasama pemasaran produk